Loading ...

Sejarah Singkat

Kecamatan Batu Putih

Sejarah Kecamatan Batu Putih

Kecamatan Batu Putih merupakan salah satu wilayah pesisir di bagian timur Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanan pembentukan dan perkembangan wilayah Kabupaten Berau. Dengan luas wilayah yang cukup besar dan garis pantai yang menghadap langsung ke Laut Sulawesi, Batu Putih menjadi salah satu daerah strategis yang sejak dahulu telah dikenal sebagai pusat aktivitas masyarakat pesisir, perikanan, perdagangan, serta pelayaran tradisional.

Wilayah Batu Putih tidak hanya menyimpan potensi sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga jejak sejarah panjang tentang interaksi manusia dengan lingkungan pesisir, perpindahan penduduk dari berbagai etnis, serta dinamika pemerintahan tradisional dan modern yang membentuk identitas masyarakatnya hingga saat ini.

Secara historis, kawasan Batu Putih telah dihuni sejak masa awal migrasi masyarakat pesisir di Kalimantan Timur. Penduduk pertama di wilayah ini diyakini berasal dari kelompok suku Berau asli, yang kemudian berinteraksi dan berbaur dengan pendatang dari Sulawesi Selatan (Bugis dan Makassar) serta masyarakat Bajau yang dikenal sebagai pelaut ulung.

Wilayah pesisir Batu Putih memiliki kondisi alam yang mendukung kehidupan masyarakat nelayan. Perairannya kaya ikan, terumbu karang, serta hasil laut lainnya yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat. Selain itu, letaknya yang berada di jalur pelayaran antara Berau, Talisayan, dan Pulau Derawan menjadikan kawasan ini strategis untuk kegiatan perdagangan antar daerah.

Penamaan “Batu Putih” berasal dari ciri alam yang khas di pesisirnya. Di sepanjang pantai kampung Batu Putih terdapat batuan kapur berwarna putih yang mencolok dan sering dijadikan penanda arah oleh nelayan yang berlayar. Dari penanda alam inilah kemudian muncul sebutan “Batu Putih” yang akhirnya diabadikan menjadi nama kampung, dan kemudian menjadi nama kecamatan ketika wilayah ini dimekarkan secara administratif.

Pada masa pemerintahan tradisional Kesultanan Berau, wilayah Batu Putih termasuk ke dalam daerah kekuasaan Kerajaan Sambaliung, salah satu dari dua kerajaan besar yang berdiri di wilayah Berau selain Gunung Tabur. Kedua kerajaan tersebut menjadi pusat peradaban dan perdagangan di pesisir timur Kalimantan.

Dalam masa itu, Batu Putih berfungsi sebagai daerah penghasil hasil laut dan hutan, seperti ikan kering, teripang, damar, dan rotan, yang kemudian diperdagangkan ke wilayah pesisir lainnya. Banyak pedagang dari Sulawesi, Banjar, dan Tiongkok singgah di pelabuhan-pelabuhan kecil di sepanjang pantai Batu Putih untuk berdagang dan bertukar komoditas.

Selain nilai ekonominya, wilayah Batu Putih juga memiliki nilai historis dan religius yang tinggi. Di Kampung Tembudan, terdapat Taman Makam Raja Alam, tempat peristirahatan tokoh-tokoh bangsawan dan penyebar agama Islam dari masa Kesultanan Berau. Situs ini menjadi bukti sejarah bahwa wilayah Batu Putih memiliki peran penting dalam penyebaran Islam dan pembentukan struktur sosial keagamaan masyarakat Berau bagian pesisir.

Pada masa pemerintahan modern, Batu Putih awalnya merupakan bagian dari wilayah administratif Kecamatan Talisayan. Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk, luas wilayah yang cukup besar, serta meningkatnya kebutuhan pelayanan publik di wilayah pesisir, Pemerintah Kabupaten Berau kemudian melakukan pemekaran kecamatan.

Melalui kebijakan pemekaran wilayah, Kecamatan Batu Putih resmi dibentuk sebagai wilayah pemerintahan tersendiri. Pembentukan kecamatan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, mempercepat pembangunan, dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah pesisir.

Kampung Batu Putih ditetapkan sebagai ibu kota kecamatan, yang menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sejak itu, berbagai fasilitas pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur mulai dibangun secara bertahap, menandai dimulainya era baru pembangunan di wilayah pesisir Berau bagian timur.

Sejak menjadi kecamatan definitif, Batu Putih mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang. Perekonomian masyarakat didominasi oleh sektor perikanan tangkap dan budidaya, diikuti oleh sektor pertanian, perkebunan kelapa, dan perdagangan kecil.

Di bidang sosial, masyarakat Batu Putih terkenal dengan semangat gotong royong dan nilai kebersamaan yang tinggi. Hubungan antarsuku yang harmonis—antara suku Bugis, Bajau, Berau, dan Banjar—mewujudkan kehidupan sosial yang inklusif dan damai. Tradisi laut seperti mappanre leppa (ritual pelayaran) dan maccera tasi (syukuran laut) masih dilestarikan hingga kini sebagai warisan budaya maritim masyarakat.

Dalam dua dekade terakhir, pemerintah kecamatan bersama pemerintah kabupaten terus mendorong pengembangan sektor pariwisata berbasis alam dan budaya. Batu Putih kini dikenal memiliki sejumlah destinasi wisata unggulan, antara lain Telaga Biru Tulung Ni’Lenggo, Hutan Mangrove Tembudan, Pantai Sulaiman, dan Taman Makam Raja Alam.

Sektor wisata ini tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat, seperti jasa pemandu wisata, penginapan, transportasi, dan kerajinan lokal.

Dalam struktur pemerintahan saat ini, Kecamatan Batu Putih terdiri dari beberapa kampung, masing-masing dengan potensi alam dan sosial yang berbeda. Pemerintah kecamatan terus berupaya meningkatkan tata kelola pemerintahan yang transparan, partisipatif, dan berorientasi pada pelayanan publik.

Pembangunan di wilayah Batu Putih diarahkan untuk memperkuat infrastruktur dasar, seperti jalan antar kampung, jembatan, fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, serta penyediaan air bersih dan listrik. Selain itu, pemerintah juga aktif melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan nelayan, pembinaan UMKM, serta pengelolaan wisata berbasis masyarakat.

Perhatian terhadap pelestarian lingkungan pesisir menjadi bagian penting dari kebijakan pembangunan di Batu Putih. Pemerintah dan masyarakat berkomitmen menjaga kelestarian mangrove, terumbu karang, dan keanekaragaman hayati laut yang menjadi aset utama wilayah ini.

Sejarah Kecamatan Batu Putih merupakan perjalanan panjang dari sebuah permukiman kecil pesisir yang berkembang menjadi wilayah pemerintahan modern yang dinamis. Dari masa kejayaan perdagangan laut di era Kesultanan Berau hingga masa pembangunan daerah otonom saat ini, Batu Putih senantiasa menunjukkan jati dirinya sebagai wilayah yang tangguh, religius, dan berbudaya.

Dengan semangat kebersamaan dan kerja keras masyarakatnya, Kecamatan Batu Putih kini terus bergerak maju, menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan pelestarian warisan budaya. Sejarah yang kaya menjadi fondasi kuat bagi generasi penerus untuk melanjutkan cita-cita pembangunan yang berkelanjutan menuju Batu Putih yang maju, sejahtera, dan berdaya saing tinggi di masa depan.